Kisah Jack The Ripper Part 1
Jack The Ripper atau Jack Si Penyayat adalah pembunuh berantai pertama yang menarik perhatian publik. Meskipun secara pasti hanya membunuh lima perempuan, jumlah yang sungguh kecil dibanding mereka yang muncul setelahnya dia harus dihitung sebagai salah satu pembunuh berantai paling terkenal. Karena saat ini, hampir seabad sejak pesta pembunuhannya usai., namanya masih membuat bulu kuduk merinding.Di daerah East End, London yaitu wilayah perburuan mangsanya, ada sebuah usaha tur yang memiliki jadwal yang membawa para wisatawan menyusuri lokasi-lokasi pembunuhan yang dilakukannya. Setiap pembunuhan beratai baru yang muncul dalam headline-headline surat kabar selalu dibandingkan dengan dirinya.
Jack The Ripper digolongkan sebagai pembunuh berantai yang pertama, yang berlangsung selama 10 minggu itu benar benar menjadi sebuah peristiwa media. Bahkan sesungguhnya dia mengundang perhatian media, menulis pada koran-koran, dan memberi paket-paket yang mengerikan. bahkan dia mengirimi mereka bagian-bagian tubuh korban yang telah disayatnya selama dia memutilasi mayat-mayatnya. Aktivitas pembunuhan the Ripper begitu mencengkram imajinasi publik, dan london lumpuh dengan rasa ketakutan. Dan berkat media massa, tidak hanya di London, Jack the Ripper juga terkenal di New York, San Francisco, Paris, Sidney dan Berlin. Di Arles pelukis Vincent van Gogh dengan tekun mengikuti perkembangan berita the Ripper di koran-koran Prancis sebelum mengiris putus telinganya sendiri (beberapa penulis biografi menyimpulkan bahwa dia terpengaruh metode penyayatan the Ripper).
Daerah Whitechappel merupakan daerah perburuan the Ripper. Pada tahun 1888, saat pembunuhan dimulai, ada 62 rumah pelacur di distrik London itu, ada juga 233 rumah inap yang disewakan bagi para pelacur dan konsumennya.Lebih dari itu ada segudang pelacur setengah tua alkoholik bermuka bopeng penuh bekas luka cacar yang menawarkan kehangatan tubuhnya di gang-gang sempit dan gelap demi seteguk gin.
Pada malam tanggal 3 April 1888, Emma Elizabeth Smith, 45 tahun, merayu seorang gentleman berpakaian apik. Kemudian malam itu juga Emma ambruk dipelukan seorang polisi sambil melaporkan bahwa ia telah diserang oleh empat lelaki. Sebuah benda asing telah ditusukan kedalam vaginanya, dan dia meninggal beberapa saat kemudian. Ada yang mengaitkannya dengan pembunuhan the Ripper yang selanjutnya adalah fakta bahwa telinganya telah disayat putus. Kemudian, malam 7 Agustus 1888, Martha Tabram ditusuk hingga tewas. Ada 39 luka pada mayatnya, terutama disekitar dada dan vaginanya, bagian-bagian tubuh yang paling suka dimutilasi the Ripper jika dia memiliki waktu untuk melakukannya. Masing-masing Martha Tabram dan Emma Elizabeth Smith, telah diserang dari belakang.Polisi memperkirakan bahwa kedua perempuan itu sedang membelakangi para kliennya, dan mengangkat rok mereka untuk melakukan hubungan seks dari belakang saat mereka diserang. Untuk pastinya tidak diketahui apakah kedua perempuan itu telah dibunuh oleh the Ripper, tetapi para pembunuh mereka tak pernah tertangkap, sementara pola pembunuhan mereka memiliki banyak kesamaan dengan cara pembantaian the Ripper.
Perempuan pertama yang nyata dibunuh Jack the Ripper adalah Polly Nichols, 42 tahun, yang mayatnya ditemukan di Buck's Row, Whitechappel, pada pukul 03.15 dini hari 31 Agustus 1888. Meskipun telah melawan penyerangnya, dia tidak berteriak minta tolong, karena pembunuhannya terjadi di bawah jendela seorang poerempuan yang tengah tidur, dan ternyata dia tidak terbangun saat kejadian berlangsung. Kelihatannya dia juga membelakangi penyerang, yang dua kali menyayat lehernya hingga hampir putus. Juga ada luka-luka yang dalam di sekitan organ seksualnya walau tak ada bagian tubuh yang diambil. Para dokter yang memeriksa mayatnya berspekulasi bahwa si penyerang memiliki pengetahuan medis, dan bahkan memiliki kemungkinan bahwa dia seorang dokter.
Polisi menyimpulkan bahwa polly dalam posisi membelakangi pembunuhnya saat mereka akan berkencan (praktik yang umum berlaku pada para pelacur jalanan di London masa itu). Oleh karena itu, Polly memunggungi si pembunuh saat dia menarik pisaunya. Itulah alasan mengapa Polly tidak berteriak. Si penyerang kemudian menempelkan pisaunya pada leher Polly, dan mendorong maju tubuhnya ke arah pisau yang telah menempel dilehernya tersebut. Tindakan ini mejelaskan luka parah yang dalam dilehernya. Hal ini juga yang membuat darah dari arteri dan nadi utama dilehernya akan menyembur kedepan, menjauhi pembunuh, yang memungkinkannya lolos dari wilayah kejadian tanpa terkena percikan darah sedikitpun.
Dengan pembunuhan Polly Nichols ini, polisi menjadi sadar bahwa mereka sedang menghadapi seorang maniak yang kelihatannya dimotivasi oleh rasa benci terhadap para pelacur. Kemudian para detektif dikirim ke East End untuk mencari lelaki-lelaki yang memiliki kecenderungan kasar terhadap para pelacur. Selama masa penyelidikan, nama "Apron Kulit" muncul beberapa kali, dan kemudian seorang pembuat sepatu bernama Pizer ditangkap. Meskipun dalam usahanya dia biasa mengenakan sebuah apron kulit dan memiliki pisau-pisau yang tajam, keluarganya bersumpah bahwa dia sedang berada di rumah saat tiga kali penyerangan keji terhadap para perempuan itu terjadi.
Pada 8 September 1888, di berbagai kedai minuman di Whitechappel, Annie Chapman, 47 tahun, terlihat bersumbar bahwa sang pembunuh akan ketemu batunya jika dia sampai berani mendekatinya. Akan tetapi, dia keliru. Kemudian dia terlihat berbicara dengan seorang "gentleman" di jalanan, setelah kesepakatan harga tampaknya tercapai, mereka berdua menghilang. Setengah jam kemudian, tubuh Annie ditemukan mati di sebuah gang. Kepalanya hampir terputus hanya ada sesayat kulit dan daging yang menyambungnya dengan tubuhnya. Ususnya disampirkan ke bahu kanannya, dan isi perut bagian bawahnya pada bahu kirinya. Ginjal dan rahimnya telah diangkat.
Sang pembunuh telah meninggalkan sebuah amplop bersimbah darah yang memiliki kop Resimen Sussex. Telah dilaporkan bahwa sebelum kematiannya, Martha Tabram terlihat bersama seorang tentara, dan koran-koran kini berspekulasi bahwa luka-luka yang dideritanya disebabkan oleh sebuah bayonet atau pisau tentara.
Tiga minggu setelah kematian Annie Chapman, Central News Agency menerima sebuah surat yang berisi puja-puji perihal pembunuhan yang telah terjadi, dan juga petunjuk-petunjuk mengerikan yang telah ditingglkan. Si penulis mengungkapkan penyesalannya tak bisa menuliskan suratnya dengan darah para korbannya, yang telah "mengental seperti lem", dan berjanji lain kali dia akan mengirimkan telinga korban selanjutnya. Surat tersebut diberi tanda tangan tertulis "Jack the Ripper". Pada akhirnya, si pembunuh memiliki sebuah nama. Pada 30 September 1888, Central News Agency menerima surat Ripper lagi, dengan permohonan maaf, karena seperti yang dijanjikan, dia tidak bisa menyertakan sebuah telinga. Walau begitu, tulisnya, dia memiliki berita yang menarki bagi kantor berita itu : dia akan melakukan suatu "double" dua pembunuhan dalam satu malam.
Jam satu dini hari pada malam surat tersebut diterima, "Long Liz" Stride, 45 tahun, seorang pelacur Swedia yang bernama asli Elizabeth Gustaafsdotter, ditemukan tergeletak tewas berkubang darah, tenggorokannya telah disayat. Seorang pesuruh yang menemukan mayatnya, mendengar derap langkah si penyerang yang melarikan diri di atas jalanan berbatu daerah itu. Pada saat yang hampir bersamaan, pelacur bernama Chaterine Eddowes dilepaskan dari kantor polisi Bushopgate. Sebelumnya dia di tangkap karena mabuk dan membuat keributan. Saat berjalan pulang ke arah Hundsditcth, dia bertemu dengan Jack the Ripper, yang melukai lehernya, menyayat wajahnya dan memotong telinganya meskipun tidak sampai terpotong semuanya. Ripper juga membedah perutnya, mengeluarkan ususnya dan menghamburkannya keatas bahunya. Ginjalnya sebelah kiri telah hilang sama sekali.
Pembunuhan dua perempuan dalam semalam yang terjadi segera setelah surat dari Ripper menjanjikannya membuat London dilanda kepanikan. Ratu Victoria memerintahkan tindakan atas kasus tersebut, tetapi polisi tak memiliki gagasan dari mana harus memulainya (bahkan publik tidak memiliki detektif fiktif masyhur Sherlock Holmes untuk berpaling, karena debutnya di majalah Strand baru akan dimulai tiga tahun kemudian).
Dikepung riuhnya publisitas, seorang penduduk East End, George Lusk, membentuk komite keamanan Whitechappel yang bertugas untuk meronda jalanan. Atas usahanya itu, dua minggu kemudian Tuan Lusk menerima sebuah paket pos. Sebuah paket dari Jack the Ripper yang berisi separuh ginjal kiri Chterine Eddows, separuh lainnya, seperti yang dijelaskan dalam surat yang menyertainya, telah di goreng dan dimakan. Mendengar hal ini, Ratu Victoria menyimpulkan bahwa pelakunya pasti orang asing, karena menurutnya, tak ada satu pun orang inggris yang berlaku biadab seperti itu. Sebuah pertemuan kabinet di gelaruntuk membahas permasalahan tersebut, dan kemudian memerintahkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap kapal yang merapat di pelabuhan-pelabuhan London. Tindakan ini terbukti hanya pemborosan besar-besaran sumber daya polisi, dan sementara itu Jack the Ripper terus melakukan bisnis kejinya.
Bersambung.....
Sumber :
Komentar
Posting Komentar