Kisah Jack The Ripper Part 2
Pada malam 9 November 1888, Mary Kelly terlihat berbicara dengan "seorang gentleman berpakaian apik" di jalanan. tidak seperti korban-korban the Ripper sebelumnya,Mery adalah perempuan yang atraktif dan muda, baru berusia 24 tahun.Dia bukan pelacur full time hanya kadang-kadang saja nongkrong di jalanansaat dia sedang butuh uang untuk membayar sewa. Walaupun begitu, dia dibunuh di dalam ruangan, dan merupakan satu-satunya korban yang berteriak. Terkesamping dari teriakannya, ternyata the Ripper tidak panik dan dengan kalem selama lebih dari satu jam, dia menikmati kerja biadabnya itu.
Pakaian Mery Kelly ditemukan terlipat rapi di atas sebuah kursi. Dan fakta ini diasumsikan bahwa dia telah membawa sang "Gentleman" ke kamar kontrakannya, dan telah membuka pakaiannya untuk bersiap berhubungan seks. Teori yang ada menjelaskan bahwa setelah Mery menanggalkan pakaiannya, sang pembunuh mencabut pisaunya. Tidak seperti korban-korban the Ripper lainnya, Mery berposisi menghadap pembunuhnya, dan berteriak melihat pisau yang berada di tangan calon pembunuhnya. Kira-kira diantara pukul 03.30 dan 04.00 pagi, seorang perempuan yang tidur satu lantai di atas kamar Mary mendengar terikana "Oh, pembunuh," tetapi si perempuan itu tertidur lagi.
The Ripper menyayat tenggorokan Mary, hampir memotong lehernya. Karena Mary berposisi menghadapinya, darahnya pasti memercik ke pakaian the Ripper yang ditemukan dibakar di tungku. Kemudian the Ripper melakukan kerja bedahnya. Dia memotong kedua payudara Mary, dan meletakkannya di atas meja, bersama dengan sayatan hidung dan daging paha serta kakinya. Dahi dan kedua kakinya dikuliti, dan bagian perutnya disayat hingga menganga. Hati dan ususnya diambil, dan tangannya dimasukan kedalam lubang perut yang telah diambil isinya itu (Mary tengah mengandung tiga bulan saat dia meninggal). Ada bercak darah di sekitar jendela tempat Ripper diperkirakan meloloskan diri. Kecuali hanya mengenakan sepatu bot dan jaket panjangnya, diperkirakan the Ripper meloloskan diri dalam keadaan telanjang.
Hari berikutnya, tukang tagih kontrakannya datang dan menemukan mayat Mary yang telah termutilasi. Dia memanggil polisi yang terkejut bercampur muak, dan sekali lagi, kebingungan.
Mary Kelly adalah perempuan terakhir yang kita ketahui menjadi korban the Ripper. Pembunuhan-pembunuhan selanjutnya, kalau bukan kerja lihainya, boleh jadi hasil dari rencana keji seorang pembunuh yang meniru gayanya. Sebagai contoh pada bulan Juni 1889, mayat Elizabeth Jackson, seorang pelacur yang beroprasi di daerah Chalsea, ditemukan mengambang tanpa kepala di sungai Thames. Pada bulan berikutnya, ditemukan mayat Alice McKenzie, seorang pelacur yang beroprasi di Whitechappel, tenggorokannya disayat dari telinga ke telinga, dan organ-organ seksualnya dipotong. Frances Cole, seorang pelacur gelandangan yang dikenal sebagai “Carroty Nell” karena reambutnya yang merah menyala, juga ditemukan tewas di Whitechappel, dengan tenggorokan yang terpotong dan sayatan di daerah sekitar perutnya. Penyerang mungkin telah membuat rencana mutilasi yang lebih mendalam, tetapi tidak kepergok polisi , yang dilaporkan telah melihat laki-laki membungkuk di atas sesosok tubuh, dan kemudian melarikan diri sebelum si petugas polisi bisa mengamatinya dengan jelas.
Koran-koran telah terlanjur membuat gambaran the Ripper yang telah memaku imajinasi publik. Gambaran tersebut didasarkan pada sebuah deskripsi yang dipaparkan oleh rekan Mary Kelly yang telah melihatnya bersama seorang konsumen di malam kematiannya. Dikatakannya bahwa lelaki itu memiliki tubuh 5 kaki 6 inci (1.65 meter), berusia kurang lebih 35 tahun dan berpakaian bagus, dan bahwa dia memiliki sebuah jam emas yang rantainya menggantung keluar dari saku jasnya.
Mary terdengar bercakap-cakap dengan lelaki itu. “Kau tak keberatan dengan dengan apa yang telah kukatakan padamu?” Tanya si lelaki. “Okelah, sayang,” jawab Mary sambil menggandeng tangannya. “Ayolah, kau akan ku buat nyaman.” Beberapa jam kemudian, seorang penjual kacang panggang telah melihat seorang lelaki yang sesuai dengan deskripsi yang ada, mengenakan sebuah jaket panjang dan topi sutra, memiliki kumis tipis yang ujungnya agak dipelintir ke atas. Dia membawa sebuah tas hitam, yang mungkin saja berisi peralatan bedah. “Kau dengar ada kabar pembunuhan lagi?” tanya lelaki itu. “Ya, saya dengar,” jawab si penjaja makanan. “Aku tahu jauh lebih paham tentang semua itu dari yang kau tahu,” ujar lelaki itu sambil berlalu.
The Ripper tak pernah tertangkap, dan selama satu abad belakangan, sejumlah besar teori terkait identitasnya telah di kemukakan. Pihak kepolisian sendiri telah memeriksa 176 tersangka. Dari jumlah itu, ada seorang yang mungkin paling pantas dicurigai, yaitu seorang dokter Rusia, Dr. Alexander Pedachenko, yang berpraktik (dengan sebuah nama alias) pada sebuah klinik di Camberwell, yang melayani para pelacur, termasuk empat orang yang telah menjadi korban. Dia telah meninggal di sebuah rumah sakit jiwa di St. Petersburg setelah membunuh seorang perempuan di sebuah kota di Rusia. Sebuah dokumen yang menyebutnya the Ripper, dikatakan telah ditemukan di lantai bawah tanah rumah Rasputin di St. Petersburg setelah si pendeta itu dibunuh pada 1916, tetapi orang-orang skeptis mengatakan bahwa rumah tersebut tidak memiliki lantai bawah tanah.
Tersangka terpopuler lainnya adalah Dr. Stanley, seorang dokter di Harley Sreet yang tertular penyakit sipilis dari seorang pelacur bernama Kelly yang beroprasi di Whitechappel. Dikatakan bahwa dia bergentayangan melakukan pembunuhan untuk balas dendam. Stanley kemudian melarikan diri ke Buenos Aires, di Argentina, sampai akhir hidupnya pada 1929, sebelum meninggal konon dia telah mengungkapkan segala perbuatannya pada seorang muridnya.
Pada saat pembunuhan-pembunuhan terjadi, para imigran Yahudi yang kemudian masuk wilayah East End, dikambinghitamkan karena dianggap telah bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Dikatan bahwa semua itu adalah perwujudan dari ritual penyembelihan oleh kaum yahudi, dan telah dilakukan oleh seorang shochet, seorang jagal yang menyembelih binatang menurut ketentuan yang termaktub dalam Kitab Talmud. Teori shochet memiliki sedikit bobot dengan adanya suatu pesan aneh yang ditemukan tergores pada sebuah dinding di Whitechappel, setelah pembunuhan Chatherine Eddowes. Pesan itu berbunyi, “Jews bukanlah bangsa yang akan dipersalahkan karena alasan kosong”. Juga dicatat bahwa ‘jews’ adalah pengucapan kaum Masonic (Kaum kebatinan Yahudi) semua alasan inilah yang memunculkan teori bahwa pembunuhan-pembunuhan itu adalah bagian dari suatu ritual Masonic. Komisioner Polisi Sir Charles Warren, yang juga penganut paham Masonic, memerintahkan untuk menghapus grafiti itu, untuk mencegah merebaknya sentimen anti-Yahudi. Dia mengundurkan diri dari kepolisian setelah setelah terjadinya pembunuhan Mary Kelly, mengakui segala kegagalannya dalam menyelesaikan kasus itu.
Seorang Yahudi Polandia bernama V. Kosminski yang tinggal di Whitechappel, dan suka mengancam akan mencincang-cincang para pelacur, juga menjadi seorang tersangka, tetapi yang bersangkutan menjadi gila dan mati di rumah sakit jiwa. Imigran Polandia lainnya, Severin Klososwich alias George Chapman juga menjadi sasaran dakwaan. Sebagai seorang tukang cukur dan tukang bedah yang beroprasi di Whitechappel, dia memiliki pisau tajam untuk keperluan mengeluarkan darah kotor (bloodletting), dan untuk menghilangkan daging tumbuh serta tahi lalat. Dia juga meracuni tiga gundiknya, dan dihukum gantung pada 1903. Tersangka lainnya adalah Thomas Cutbush, yang ditangkap setelah peristiwa pembunuhan Frances Cole, karena menusuk pantat para wanita, dia juga meninggal di rumah sakit jiwa.
Penderita Insomnia, G. Wentworth Bell Smith, yang tinggal di 27 Sun Street, di depan Finsbury Square, menjadi seorang tersangka karena benci dengan para pelacur, dikatakannya bahwa mereka semua harus ditenggelamkan. Sementara itu, Frederick Deeming telah mengakui pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan Ripper. Deeming telah membunuh istri dan anak-anaknya di Inggris, kemudian melarikan diri ke Australia. Disana dia membunuh istri keduanya, dia baru saja akan membunuh istri ketiganya saat di tangkap di Melbourne. Pengakuannya dinilai sebagai usahanya untuk menunda, atau mungkin menghindari langkahnya menuju tiang gantungan.
Tersangka utama polisi adalah Montague John Druitt, seorang lulusan Oxford dan memiliki latar belakang keluarga yang kaya. Setelah gagal menjadi pengacara, Druitt menjadi seorang guru sekolah. Karena tak mampu mengendalikan hasrat homoseksualnya, dia melecehkan seorang anak lelaki, atas perbuatannya itu dia kemudian dipecat. Kemudian dia pindah ke Whitechappel, dan dikenal suka keluyuran menyusuri jalan-jalan di kota itu. Pada Desember 1888, tubuhnya ditemukan di Sungai Thames, ada beberapa buah batu di sakupakaiannya, dan kelihatannya dia telah menenggelamkan diri.
Meskipun belum ada Sherlock Holmes yang bisa menyelesaikan kasus itu, namun penciptanya Sir Arthur Conan Doyle, telah menggunakan segala kekuatan penalarannya untuk menyimpulkan bahwa the Ripper adalah seorang perempuan. Menurut teorinya, “ Jill the Ripper ” adalah seorang Bidan yang berubah menjadi gila setelah dipenjara, karena telah melakukan praktik aborsi ilegal.
Seorang dukun bernama William Lees melakukan komunikasi dengan dunia gaib (bagi ratu Victoria) untuk menemukan siapa sebenarnya identitas Jack the Ripper, tetapi hasilnya membuatnya begitu ketakutan hingga melarikan diri ke Eropa daratan. Dia meyakini bahwa the Ripper tak lain adalah dokter pribadi sang Ratu, Sir William Gull. Cerita yang kemudian berkembang adalah bahwa pangeran Eddy, Duke of Clarence, cucu Victori dan pewaris tahta, diam-diam telah menikah dengan seorang gadis penjaga toko bernama Crook, yang kemudian memberikannya anak yang diasuh oleh Mary Kelly. Gull dan beberapa kroni Masonicnya dikatakan telah bergentayangan membunuhi para pelacur sampai mereka mendapatkan Mary Kelly dan mengambil kembali si bocah. Tulisan-tulisan Gull telah diperiksa oleh Dr. Thomas Stowell, dan menemukan nama pangeran Eddy, yang meninggal sebelum naik tahta gara-gara penyakit sipilis, sebagai Jack the Ripper. Tersangka lain adalah James Kenneth Stephen, tutor sang pangeran dan mungkin juga kekasihnya, keduanya sering berduaan mengunjungi klub-klub homoseksual di Whitechappel. Akan tetapi, dalam kenyataannya, identitas sejati Jack the Ripper mungkin tak akan pernah diketahui.
Selesai.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar